“Khoirul Anwar, Tukang Ngarit Penemu 4G”
Mungkin nama ini masih belum banyak
diketahui oleh kalangan pemuda, terutama mereka yang saat ini menikmati
kemudahan sinyal 4G. Khoirul Anwar dianggap gila. Ditertawakan, bahkan dicemooh
dan gagasannya dianggap tidak masuk akal. Dari negeri Sakura, Khoirul Anwar
terbang ke Autralia. Tetap dengan ide yang sama, Anwar berusaha untuk
meyakinkan gagasannya kepada ilmuan Australia. Sayangnya, ilmuan negeri kanguru
tersebut juga memandangnya sebelah mata. Pemikiran Anwar dianggap sebagai
sampah dan hanya membuang buang waktu saja.
Anwar lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 22
Agustus 1978. Dia bukan dari kalangan ningrat, atau anak dari juragan kaya.
Sang Ayah, Sudjiarto hanya seorang buruh tani. Begitu pula sang bunda, Siti
Patmi. Keluarga Anwar menyambung hidup dengan menggarap sawah tetangga mereka
di Dusun Jabon, Desa Juwet Kecamatan Kunjang. Saat masih kecil, Anwar terbiasa
ngarit, mencari rumput untuk makan ternak. Pekerjaan ini ia lakoni untuk
meringankan beban orangtua. Dia biasa ngarit setiap pulang sekolah, dan
pekerjaan ini ia lakoni dengan setulus hatinya.
Meski hidup disawah, bukan berarti Anwar
tidak kenal dunia pendidikan. Anwar menyukai aktivitas membaca buku, terutama
buku mengenai Albert Einstein dan Michael Faraday. Hobi ini belum tentu
dimiliki oleh anak anak lain. Dari buku buku yang dibacanya, serta kedua tokoh
ilmuan yang menginspirasinya, Anwar berharap suatu saat bisa menjadi seperti
sosok yang diidolakannya itu. Tetapi, cita cita tersebut hampir saja musnah.
Saat sang Ayah meninggal pada tahun 1990. Sang tulang punggung telah tiada.
Siapa yang akan menopang keluarga? Perekonomian sudah tentu akan lebih sulit
dari sebelumnya. Padahal saat itu, Anwar baru saja menapak sekolah dasar. Anwar
tentu saja khawatir, sang Ibu tidak dapat membiayai sekolah Anwar. Tetapi
dengan tekatnya yang kuat Anwar memberanikan diri, mengungkapkan keinginannya
yang kuat kepada sang Ibu. Anwar sudah siap apabila sang Ibu menyatakan tidak
sanggup. Tapi, jawaban yang dia dengar diluar dugaan. Bu Patmi malah
mendorongnya untuk bersekolah setinggi mungkin.
“Nak, kamu tidak usah kesawah lagi. Kamu
saya sekolahkan setinggi tingginya sampai tidak ada lagi sekolah yang tinggi
didunia ini,” ucap Anwar terbata, karena ia tak sanggup menahan haru saat ia
mengingat perkataan Ibunya itu. Perkataan itu menjadi bekal Anwar untuk
melanjutkan langkah meraih mimpi. Lulus SD, dia diterima di SMP 1 Kunjang.
Kemudian ia meneruskan ke SMA 2 Kediri. Salah satu SMA favorit dikota Tahu itu.
Saat SMA itulah, dia memilih untuk tinggal dirumah kost, tidak jauh dari
sekolah, karena memang jarak antara rumah dan sekolah agak jauh. Dia sadar
betul pilihan ini akan menjadi beban sang Ibu. Masalah itu akhirnya membuat
Anwar harus memutar otak. Dia lalu memutuskan untuk benar benar berhemat,
bahkan Anwar tidak pernah sarapan demi menghemat pengeluaran.
Lulus dari SMA, Anwar lalu melanjutkan
pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia diterima dijurusan Teknik
Elektro dan ditetapkan sebagai lulusan terbaik pada tahun 2000. Dia kemudian
mengincar beasiswa dari Panasonic dan ingin melanjutkan ke jenjang magister
disebuah Universitas di Tokyo. Sayangnya, Anwar tidak lolos seleksi di
Universitas tersebut. Alhasil, dia memutuskan untuk beralih ke Nara Institute of
Science and Technology NAIST dan diterima. Di Universitas tersebut, Anwar
mengembangkan tesis berbasis teknologi transmitter dan menggarap disertasi
bertema sama dalam program doktoral di Universitas yang sama pula
Pemikiran Anwar yang ditertawakan banyak
ilmuan itu adalah tentang power atau catu daya pada Wi-fi. Dia resah, sebab
ketika ia mengakses internet, catu daya itu kerap tidak stabil. Kadang bekerja
kuat dan cepat, terkadang juga melambat. Banyak orang yang mengeluhkan koneksi
Internet seperti ini. Tidak mau mengeluh, Anwar berusaha memutar otak. Pria
asal Kediri Jawa Timur ini ingin memberikan solusi. Dia menggunakan algoritma
Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan. FFT merupakan algoritma yang
digunakan sebagai pengolah sinyal digital. Anwar memasangkan FFT dengan FFT
asli. Dia menggunakan hipotesis, cara tersebut akan menguatkan catu daya
sehingga bisa stabil
Ide atau gagasan itulah yang diolok olok
ilmuan pada tahun 2005. Karena, banyak ilmuan yang menganggap jika FFT
dipasangkan, keduanya akan saling menghilangkan. Tapi, dia tak berhenti sampai
disitu. Ilmuan Australia dan Jepang boleh menganggapnya sebagai bahan lelucon.
Anwar kemudian terbang ke Amerika. Dengan ide yang sama ia mempresentasikan
gagasannya tersebut ke ilmuan negeri Paman Sam. Tanggapan mereka berbeda. Di
Amerika, Anwar mendapat sambutan yang luar biasa. Ide yang dianggap sampah oleh
ilmuan Jepang dan Australia itu, nyatanya mendapat paten. Diberi nama
Transmitter and Receiver, dunia menyebutnya 4G LTE. Fouth Generation Long Term
Evolution
Yang lebih mencengangkan lagi, pada tahun
2008 ide yang dianggap sampah itu dijadikan sebagai standar telekomunikasi oleh
International Telecommunication Unioin (ITU), sebuah organisasi internasional
yang berbasis di Genewa, Swiss. Standar itu mengacu pada prinsip kerja dari
gagasan Anwar. Lantas, dua tahun kemudian, temuan itu diterapkan pada satelit.
Kini kemudahan internet 4G telah dinikmati oleh umat manusia diseluruh dunia.
Dengan alat ini, komunikasi menjadi lebih stabil.
Ternyata karya besar ini dilatarbelakangi
oleh masa kecil Anwar. Dulu, ia suka menonton serial kartun Dragon Ball. Dalam
film itu, dia terkesan dengan sang lakon utama, Son Goku yang mengeluarkan
jurus andalan berupa bola energi, Genkidama. Untuk membuat bola tersebut, Goku
tidak menggunakan energi dalam dirinya yang sangat terbatas. Goku meminta
seluruh alam agar menyumbangkan energi. Berawal dari situ, prinsip itulah yang
menjadi inspirasi bagi Anwar. Dia menerapkannya pada teknologi 4G yang
menggunakan tenaga dari luar sumber aslinya. Dan, Anwar kini telah menjadi
sosok yang menginsipirasi banyak kalangan. Semangatnya yang tak pantang
menyerah membuat karya Anwar kini dinikmati oleh banyak orang, termasuk para
ilmuan yang dulu memandangnya sebelah mata.
Referensi :
Dream.co.id