Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Rabu, 15 Februari 2017

Unknown
“Khoirul Anwar, Tukang Ngarit Penemu 4G”



Mungkin nama ini masih belum banyak diketahui oleh kalangan pemuda, terutama mereka yang saat ini menikmati kemudahan sinyal 4G. Khoirul Anwar dianggap gila. Ditertawakan, bahkan dicemooh dan gagasannya dianggap tidak masuk akal. Dari negeri Sakura, Khoirul Anwar terbang ke Autralia. Tetap dengan ide yang sama, Anwar berusaha untuk meyakinkan gagasannya kepada ilmuan Australia. Sayangnya, ilmuan negeri kanguru tersebut juga memandangnya sebelah mata. Pemikiran Anwar dianggap sebagai sampah dan hanya membuang buang waktu saja.
Anwar lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 22 Agustus 1978. Dia bukan dari kalangan ningrat, atau anak dari juragan kaya. Sang Ayah, Sudjiarto hanya seorang buruh tani. Begitu pula sang bunda, Siti Patmi. Keluarga Anwar menyambung hidup dengan menggarap sawah tetangga mereka di Dusun Jabon, Desa Juwet Kecamatan Kunjang. Saat masih kecil, Anwar terbiasa ngarit, mencari rumput untuk makan ternak. Pekerjaan ini ia lakoni untuk meringankan beban orangtua. Dia biasa ngarit setiap pulang sekolah, dan pekerjaan ini ia lakoni dengan setulus hatinya.
Meski hidup disawah, bukan berarti Anwar tidak kenal dunia pendidikan. Anwar menyukai aktivitas membaca buku, terutama buku mengenai Albert Einstein dan Michael Faraday. Hobi ini belum tentu dimiliki oleh anak anak lain. Dari buku buku yang dibacanya, serta kedua tokoh ilmuan yang menginspirasinya, Anwar berharap suatu saat bisa menjadi seperti sosok yang diidolakannya itu. Tetapi, cita cita tersebut hampir saja musnah. Saat sang Ayah meninggal pada tahun 1990. Sang tulang punggung telah tiada. Siapa yang akan menopang keluarga? Perekonomian sudah tentu akan lebih sulit dari sebelumnya. Padahal saat itu, Anwar baru saja menapak sekolah dasar. Anwar tentu saja khawatir, sang Ibu tidak dapat membiayai sekolah Anwar. Tetapi dengan tekatnya yang kuat Anwar memberanikan diri, mengungkapkan keinginannya yang kuat kepada sang Ibu. Anwar sudah siap apabila sang Ibu menyatakan tidak sanggup. Tapi, jawaban yang dia dengar diluar dugaan. Bu Patmi malah mendorongnya untuk bersekolah setinggi mungkin.
“Nak, kamu tidak usah kesawah lagi. Kamu saya sekolahkan setinggi tingginya sampai tidak ada lagi sekolah yang tinggi didunia ini,” ucap Anwar terbata, karena ia tak sanggup menahan haru saat ia mengingat perkataan Ibunya itu. Perkataan itu menjadi bekal Anwar untuk melanjutkan langkah meraih mimpi. Lulus SD, dia diterima di SMP 1 Kunjang. Kemudian ia meneruskan ke SMA 2 Kediri. Salah satu SMA favorit dikota Tahu itu. Saat SMA itulah, dia memilih untuk tinggal dirumah kost, tidak jauh dari sekolah, karena memang jarak antara rumah dan sekolah agak jauh. Dia sadar betul pilihan ini akan menjadi beban sang Ibu. Masalah itu akhirnya membuat Anwar harus memutar otak. Dia lalu memutuskan untuk benar benar berhemat, bahkan Anwar tidak pernah sarapan demi menghemat pengeluaran.
Lulus dari SMA, Anwar lalu melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia diterima dijurusan Teknik Elektro dan ditetapkan sebagai lulusan terbaik pada tahun 2000. Dia kemudian mengincar beasiswa dari Panasonic dan ingin melanjutkan ke jenjang magister disebuah Universitas di Tokyo. Sayangnya, Anwar tidak lolos seleksi di Universitas tersebut. Alhasil, dia memutuskan untuk beralih ke Nara Institute of Science and Technology NAIST dan diterima. Di Universitas tersebut, Anwar mengembangkan tesis berbasis teknologi transmitter dan menggarap disertasi bertema sama dalam program doktoral di Universitas yang sama pula
Pemikiran Anwar yang ditertawakan banyak ilmuan itu adalah tentang power atau catu daya pada Wi-fi. Dia resah, sebab ketika ia mengakses internet, catu daya itu kerap tidak stabil. Kadang bekerja kuat dan cepat, terkadang juga melambat. Banyak orang yang mengeluhkan koneksi Internet seperti ini. Tidak mau mengeluh, Anwar berusaha memutar otak. Pria asal Kediri Jawa Timur ini ingin memberikan solusi. Dia menggunakan algoritma Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan. FFT merupakan algoritma yang digunakan sebagai pengolah sinyal digital. Anwar memasangkan FFT dengan FFT asli. Dia menggunakan hipotesis, cara tersebut akan menguatkan catu daya sehingga bisa stabil
Ide atau gagasan itulah yang diolok olok ilmuan pada tahun 2005. Karena, banyak ilmuan yang menganggap jika FFT dipasangkan, keduanya akan saling menghilangkan. Tapi, dia tak berhenti sampai disitu. Ilmuan Australia dan Jepang boleh menganggapnya sebagai bahan lelucon. Anwar kemudian terbang ke Amerika. Dengan ide yang sama ia mempresentasikan gagasannya tersebut ke ilmuan negeri Paman Sam. Tanggapan mereka berbeda. Di Amerika, Anwar mendapat sambutan yang luar biasa. Ide yang dianggap sampah oleh ilmuan Jepang dan Australia itu, nyatanya mendapat paten. Diberi nama Transmitter and Receiver, dunia menyebutnya 4G LTE. Fouth Generation Long Term Evolution
Yang lebih mencengangkan lagi, pada tahun 2008 ide yang dianggap sampah itu dijadikan sebagai standar telekomunikasi oleh International Telecommunication Unioin (ITU), sebuah organisasi internasional yang berbasis di Genewa, Swiss. Standar itu mengacu pada prinsip kerja dari gagasan Anwar. Lantas, dua tahun kemudian, temuan itu diterapkan pada satelit. Kini kemudahan internet 4G telah dinikmati oleh umat manusia diseluruh dunia. Dengan alat ini, komunikasi menjadi lebih stabil.
Ternyata karya besar ini dilatarbelakangi oleh masa kecil Anwar. Dulu, ia suka menonton serial kartun Dragon Ball. Dalam film itu, dia terkesan dengan sang lakon utama, Son Goku yang mengeluarkan jurus andalan berupa bola energi, Genkidama. Untuk membuat bola tersebut, Goku tidak menggunakan energi dalam dirinya yang sangat terbatas. Goku meminta seluruh alam agar menyumbangkan energi. Berawal dari situ, prinsip itulah yang menjadi inspirasi bagi Anwar. Dia menerapkannya pada teknologi 4G yang menggunakan tenaga dari luar sumber aslinya. Dan, Anwar kini telah menjadi sosok yang menginsipirasi banyak kalangan. Semangatnya yang tak pantang menyerah membuat karya Anwar kini dinikmati oleh banyak orang, termasuk para ilmuan yang dulu memandangnya sebelah mata.


Referensi :
Dream.co.id


Selasa, 14 Februari 2017

Unknown
“Mohammad Hatta, Cerita Di Balik Kesederhanaan dan Kejujuran”



Nama Mohammad Hatta tidak pernah lepas dari perjuangan dan jerih payah bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Pria yang akrab disapa Bung Hatta itu merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia dimasa penjajahan Belanda, Jepang dan di masa revolusi. Bersama Soekarno, Bung Hatta menandatangani teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, dan disebut sebut sebagai sang proklamator, the founding fathers.
Bung Hatta, cerita dibalik kesederhanaan dan kejujuran seorang pemimpin bangsa inilah yang patut dijadikan teladan. Bung Hatta dilahirkan di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Dikota kecil dan indah inilah, Bung Hatta dibesarkan dilingkungan keluarga Ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond. Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.
Pada tahun 1921, Hatta tiba di Belanda dan ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerjasama dengan Belanda itu kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa. PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi.
Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi. Hatta pernah dibuang dan diasingkan ke Papua oleh pemerintahan kolonial Belanda. Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari.
Pada tanggal 3 Februari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta. Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944. Selanjutnya pada 17 Agustus 1945, bersama Soekarno, Bung Hatta menandatangani naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi ujung tombak perjuangan awal bangsa Indonesia. Karenanya, Bung Karno dan Bung Hatta dikenal sebagai sang Proklamator.
36 tahun sudah Bung Hatta berpulang ke pangkuan Ilahi. Tepat pada 14 Maret 1980, pria kelahiran 12 Agustus 1902 ini menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 77 tahun di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Bung Hatta dikebumikan di TPU Tanah Kusir selang satu hari kemudian. Bung Hatta merupakan sosok yang jarang sekali ditemukan pada sosok pemimpin bangsa saat ini. Sosoknya yang rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara berbanding terbalik dengan para pemangku kepentingan saat ini yang banyak terjerat kasus korupsi. Bung Hatta merupakan sosok sederhana yang tidak memperkaya diri sendiri dari jabatan yang dimilikinya. Padahal jika ia mau, tidaklah sulit. Sebab, berbagai posisi penting pernah dijabatnya antara lain wakil presiden dan perdana menteri.
Begitu sederhananya sampai sampai pria yang mendapat gelar Drs dari Nederland Handelshogeschool, Rotterdam Belanda itu hingga akhir hidupnya tidak mampu membeli sepatu Bally yang sangat diimpikannya. Seperti yang diceritakan sekretaris pribadi Bung Hatta, Iding Wangsa Widjaja, suatu ketika Bung Hatta pernah melewati pertokoan diluar negeri. Saat itu Bung Hatta melihat sepasang sepatu Bally yang terpampang dietalase toko. Bung Hatta sangat terkesima dan ingin memiliki sepatu Bally itu. Sampai sampai guntingan iklan sepatu Bally itu disimpannya didalam dompet dan berharap agar suatu saat bisa membelinya.
Namun, hingga akhir hayatnya, sang proklamator bahkan tidak mampu untuk membeli sepatu favoritnya itu. Penyebabnya, uang tabungannya tidak pernah cukup karena selalu dipakai untuk membiayai keperluan rumah tangga, membantu saudara dan kerabatnya. Bahkan, diusia tuanya Bung Hatta hidup dengan sangat memprihatinkan. Hidup sangat sederhana sebagai pensiunan seorang Wakil Presiden, ternyata belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ironisnya, Bung Hatta tidak mampu untuk membayar pajak bumi bangunan, air bahkan tagihan listrik. Ali Sadikin terhenyak dan tersentuh hatinya ketika mendengar kabar tersebut. Seorang mantan Wakil Presiden tidak mampu membayar iuran air, pajak bangunan dan listrik karena saking kecilnya uang pensiunan. Gubernur legendaris itu sangat terharu melihat kondisi Bung Hatta. Seorang pemimpin yang jujur hingga hidup susah dihari tua. Maka tergeraknya Bang Ali untuk membantu Hatta. Sang Letnan Jenderal Marinir itu melobi DPRD DKI untuk menjadikan Bung Hatta sebagai warga kota utama, dengan begitu Bung Hatta terbebas dari iuran air dan PBB.
Ironi, seorang proklamator, mantan Wakil Presiden, mantan perdana menteri dan seorang Bapak Bangsa Indonesia bahkan tidak sanggup untuk membayar listrik dan air. Tapi itulah kejujuran Bung Hatta. Padahal jika ia mau main proyek, Hatta tentu saja bisa menjadi seorang yang kaya tujuh turunan. Lain lagi menurut Jenderal Hoegeng, jika ada sosok yang membuat Jenderal Hoegeng merasa kagum akan kejujuran seseorang, maka Mohammad Hatta adalah orangnya. Jika Jenderal Hoegeng yang terkenal paling jujur saja sampai kagum, maka bisa dibayangkan betapa jujurnya Bung Hatta.
Bung Hatta adalah sosok yang membuat Hoegeng selalu malu untuk melakukan tindakan hina seperti korupsi. Apalagi setelah Hoegeng tahu bagaimana melaratnya Hatta setelah mundur sebagai seorang Wakil Presiden tahun 1956. “Ketika Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden, diberitakan dia hanya mempunyai uang tabungan Rp.200. Uang pensiunannya pun tidak cukup untuk membayar biaya listrik”, tulis Jenderal Hoegeng dalam memoarnya. Berapa nilai uang Rp.200 pada saat itu jika dihitung dengan kondisi sekarang? seorang prajurit TNI saat itu bercerita, saat tahun 1956 gajinya Rp.125 per bulan. Ironi sekali bukan, seorang Wakil Presiden RI hanya memiliki uang nyaris setara dengan prajurit TNI berpangkat rendah. Saat pensiun, Hatta juga menolak semua jabatan komisaris BUMN atau posisi lain yang sebenarnya bisa membuat hidupnya kaya. Tapi Hatta menolaknya dengan mentah karena bukan rahasia umum lagi jika komisaris BUMN hanya makan gaji buta. Hatta tidak pernah sudi memeras bangsanya dengan menduduki jabatan seperti itu.
Seperti kata beliau yang akan selalu hidup dan dikenang oleh seluruh generasi pemuda, “Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat”. Maka terpujilah pejabat yang jujur sepertimu Bung Hatta. Semoga kisahmu dapat dikenang dan diterapkan oleh pemimpin bangsa saat ini.

Referensi :
Merdeka.com
http://www.biografiku.com/2009/08/biografi-mohammad-hatta.html

 

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Templatelib